LAPORAN TETAP
PRAKTIKUM
DASAR – DASAR AGRONOMI
SARANA
PRODUKSI
Oleh:
DOMINGGOS
MARTHURIA MANALU
05111001066
PROGRAM
STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
SRIWIJAYA
INDRALAYA
2013
I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Dalam suatu sektor pertanian, terutama dalam pembudidayaan tanaman-tanaman
disuatu daerah hal yang harus diperhatikan sarana produksi pertanian termasuk
pada salah satu subsistem agribisnis yaitu subsistem agribisnis yakni :
kegiatan industri dan perdagangan yang menghasilkan sarana produksi pertanian
(arti luas) yakni pembenihan (pembibitan) tumbuhan, ikan dan hewan, dan makhluk
hidup lainnya. Sarana produksi merupakan bahan yang sangat menentukan didalam
budidayaa tanaman. Pada suatu wilayah tertentu sarana yang ada hubungannya
langsung dengan pertumbuhan tanaman dilapangan adalah benih/ bibit, pupuk,
bahan kimia pengendali musuh tanaman/ perangsang tumbuh tanaman adan alat-alat
pertanian.
Pupuk merupakan saran produksi dalam meningkatkan produksi tanaman dan
mempertahankan produktifitas tanah. Pupuk dapat berupa pupuk organik dan pupuk
anorganik. Pupuk anorganik biasanya bibuat oleh manusia dipabrik melalui suatu
proses tersebut. Beberapa pupuk buatan yang banyak digunakan adalah UREA, TSP , KCL, ZA, dl. Pupuk organik adalah pupuk
kandang, kompos, pupuk hijau, dan guano. Sekarang ini sudah umum digunakan
pupuk cair melalui daun. Benih atau bibit merupakan sarana pokok dan utama
didalam budidaya tanaman. Dengan benih atau bibit yang baik akan memberikan
pertumbuhan tanaman yang baik juga dan produksi yang tinggi.
Unsur sarana produksi yakni : Benih atau bibit, pupuk, inokulan, pestisida,
ZPT, serta alat pertanian lainnya. Inokulan adalah bahan yang mengandung materi
bakteri atau jamur yang dapat bersimbiosis dengan tanaman dalam tubuhnya.
Contohnya : legin, rizogen. Pestisida adalah senyama kimia yang digunakan untuk
mengendalikan pengganggu tumbuhan. Contoh :herbisida (mengendalikan gulma), insektisida
(mengendalikan serangga), rodentisida
(mengendalikan tikus), nematisida (mengendalikan nematoda),
bakterisida(mengendalikan bakteri), dan lain sebagainya. Penggunaan pesstisida
tanpa mengikuti aturan yang diberikan dapat membahayakan kesehatan manusia dan
lingkungannya.
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa mengetahui berbagai macam
jenis, bentuk kegunaan dan informasi lainnya tentang sarana produksi yang
digunakan pada pertanian.
II. TINJAUAN PUSTAKA
- Tinjauan
Umum Sarana Produksi
Lahan pertanian dan
keterbatasan air merupakan fenomena dasar dalam suatu pengembangan pertanian
tanaman pangan. Lahan pertanian yang ada terus mengalami penyusutan, karena
tergeser oleh aktivitas non pertanian. Di samping itu permasalahan produksi,
pascapanen, distribusi, dan pemasaran masih sering terjadi akibat lemahnya dukungan
sarana dan prasarana pertanian, sehingga kurang berhasil mewujudkan sistem
agribisnis yang baik yang pada gilirannya gagal menaikkan pendapatan petani.
Oleh karena itu, dukungan sarana dan prasarana pertanian perlu untuk
dikembangkan dalam suatu rancang bangun pengembangan pertanian tanaman pangan
yang komprehensif (Jaenudin 2006)
Infrastruktur pada
dasarnya adalah faktor pendukung bagi kegiatan utama di pedesaan yang berdasar
kepada komoditas pertanian. Infrastruktur mampu menggerakkan sektor riil, menyerap
tenaga kerja, meningkatkan konsumsi masyarakat dan pemerintah, serta memicu
kegiatan produksi. Ketidakmampuan memberikan pelayanan infrastruktur merupakan
indikasi kemampuan pemerintah yang semakin terbatas dalam kapasitas pembiayaan.
Infrastruktur tidak hanya terbatas pada prasarana dan sarana fisik saja,
melainkan mempunyai fungsi yang lebih penting lagi yaitu fungsi jasa pelayanan.
Dalam hal ini jasa pelayanan mempunyai tiga dimensi penting yaitu dimensi
ekonomi, sosial, dan lingkungan. Infrastrukur dapat dikategorikan menjadi dua
bagian:
1) infrastruktur yang bersifat software seperti:
kebijaksanaan, kelembagaan, regulasi, keuangan,
penelitian dan pengembangan, pendidikan, tata ruang, dan lain-lain; serta
2) infrastruktur yang bersifat hardware seperti :
jalan, jembatan, irigasi, pasar, pelabuhan, jaringan listrik, telepon, dan lain
sebagainya (Tambajong 2009)
Irigasi merupakan
prasarana untuk meningkatkan produktivitas lahan pertanian. Jaringan irigasi
merupakan prasarana irigasi yang terdiri atas bangunan dan saluran air beserta
perlengkapannya. Sistem jaringan irigasi dapat dibedakan antara jaringan
irigasi utama dan jaringan irigasi tersier. Jaringan irigasi utama meliputi
bangunan – bangunan utama yang dilengkapi dengan saluran pembawa, saluran
pembuang. dan bangunan pengukur. Jaringan irigasi tersier merupakan jaringan
irigasi di petak tersier, beserta bangunan pelengkap lainnya yang terdapat di
petak tersier (Kartasapoetra 1991).
Menurut Hansen et al
(1977) irigasi didefinisikan sebagai pemberian air ke tanah untuk tujuan
meningkatkan kelembaban tanah yang penting bagi tanaman. 7 Selanjutnya untuk
pengertian yang lebih luas irigasi dilakukan untuk tujuan ;
a) menambahkan air ke lahan/tanah untuk
meningkatkan kelembaban tanah yang
esensial bagi tanaman,
b) untuk melindungi tanaman dari
kekurangan air,
c) untuk mendinginkan tanah dan atmosfer, sehingga
tanah lebih sesuai bagi tanaman untuk tumbuh,
d) untuk mengurangi akibat dari
pembekuan es,
e) untuk pencucian garam-garam dari
tanah,
f) untuk mengurangi pengikisan tanah,
g) untuk memudahkan pengolahan tanah dan
h) untuk mengurangi pembentukan debu
melalui pendinginan oleh evaporasi.
Sumber daya air adalah
salah satu unsur yang harus disediakan dalam strategi pembangunan dan pengembangan
pertanian. Dalam usaha budidaya tanaman faktor ketersediaan air harus
dipertimbangkan agar terhindar dari resiko kegagalan panen, air akan berfungsi
memberikan lingkungan tumbuh yang baik bagi tanaman dan juga berperan dalam
proses fisiologi tanaman (Nusa, 1991).
Menurut Ahmad (2003)
air terbatas menurut waktu, tempat dan jumlah air yang tersedia diatas
permukaan bumi, untuk itu perlu diusahakan penyediaan air yang cukup agar tidak
menimbulkan kekurangan air.
Menurut Nusa (1991) sistem irigasi
dapat diartikan sebagai satu kesatuan yang tersusun dari berbagai komponen,
menyangkut upaya penyediaan, pembagian, pengelolaan dan pengaturan air dalam
rangka meningkatkan produksi pertanian. Beberapa komponen dalam sistem irigasi
diantaranya adalah :
a) siklus hidrologi (iklim, air
atmosferik, air permukaan, air bawah pemukaan)
b) kondisi fisik dan kimiawi (topografi,
infrastruktur, sifat fisik dan kimiawi lahan)
c) kondisi biologis tanaman
d) aktivitas manusia (teknologi, sosial,
budaya, ekonomi).
Efisiensi irigasi
adalah angka perbandingan dari jumlah air irigasi nyata (distribusi dan
aplikasi) yang terpakai untuk kebutuhan pertumbuhan tanaman dengan jumlah air
yang keluar dari pintu pengambilan (intake).
Efisiensi irigasi 8 merupakan faktor penentu
utama dari unjuk kerja suatu sistem jaringan irigasi. Efisiensi irigasi terdiri
atas efisiensi pengaliran yang pada umumnya terjadi di jaringan utama dan
efisiensi di jaringan sekunder yaitu dari bangunan pembagi sampai petak sawah.
Efisiensi irigasi didasarkan asumsi sebagian dari jumlah air yang diambil akan
hilang baik di saluran maupun di petak sawah. Kehilangan air yang
diperhitungkan untuk operasi irigasi meliputi kehilangan air di tingkat
tersier, sekunder dan primer. Besarnya masing-masing kehilangan air tersebut
dipengaruhi oleh panjang saluran, luas permukaan saluran, keliling basah
saluran dan kedudukan air tanah (PU 1986).
Untuk peningkatan
efisiensi irigasi dibutuhkan perbaikan sistem pengelolaan irigasi dalam semua
level bukan hanya ditingkat akuisisi, distribusi maupun drainase tetapi juga
tingkat usahatani. Kesemuanya itu membutuhkan perbaikan secara simultan dalam
aspek teknis di bidang irigasi maupun usahatani, peningkatan kapasitas
pembiayaan dan penyempurnaan sistem kelembagaan dalam pengelolaan irigasi
(Sumaryanto 2007).
Selama ini keberpihakan
pada kegiatan penanganan pascapanen (pengolahan) gabah/beras masih tertinggal
apabila dibandingkan dengan kegiatan pra panen atau budidaya. Oleh karena itu,
diharapkan adanya suatu kebijakan nasional yang ditetapkan untuk meningkatkan
partisipasi dari semua pihak (stakeholder) guna menangani masalah pascapanen
(pengolahan) gabah/beras secara menyeluruh dan berkesinambungan. Kegiatan
penanganan pascapanen di Indonesia mulai diwujudkan sejak peringatan Hari
Pangan Sedunia, tanggal 16 Oktober 1982, dimana Menteri Pertanian mencanangkan
Gerakan Penyelamatan Produksi Pangan melalui usaha-usaha perbaikan penanganan
pascapanen dan pengolahan di tingkat petani pedesaan. Gerakan tersebut
selanjutnya diikuti dengan diterbitkannya beberapa kebijakan pemerintah, baik
dalam bentuk Keppres No. 47 tahun 1986 maupun berupa peraturan-peraturan penyediaan
sarana dan prasarana pascapanen terrnasuk pendidikan dan pelatihan serta
koordinasi antar instansi terkait. Kekuatan hukum yang lain dalam penanganan
pascapanen tertuang pada Undang-Undang No. 12 Tahun 1992 tentang "Sistem
Budidaya Tanaman". Dalam Undang-Undang tersebut dikemukakan tujuan panen
dan pascapanen yang 9 mencakup
(a) menekan tingkat kehilangan dan atau
kerusakan,
(b) meningkatkan mutu,
(c) memperpanjang daya simpan,
(d) meningkatkan daya guna, dan
(e) nilai tambah serta daya saing (Damardjati
2006).
Terkait dengan kegiatan
pascapanen upaya diarahkan terutama dalam upaya peningkatan nilai tambah
melalui penerapan teknologi yang tepat untuk mengurangi susut pascapanen,
peningkatan mutu, dan peningkatan efisiensi pengolahan. Hal ini akan berdampak
pada peningkatan produksi dan harga jual yang berimplikasi pada peningkatan
kehidupan sosial dan ekonomi petani dan masyarakat umumnya. Disini juga
diperlukan kebijakan pemerintah agar nilai tambah dalam pascapanen ini dapat
dinikmati oleh petani. Hasil samping penggilingan padi selama ini belum
mendapatkan perhatian yang memadai, padahal pemanfaatan hasil samping
pengolahan padi dan beras dapat memberikan keuntungan ekonomis dan ekologis.
Menir dapat diolah menjadi tepung beras sedangkan dedak dapat diolah menjadi
minyak dedak. Sekam dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi panas, bahan
campuran di industri batu bata, pakan ternak atau biogas (Purwadaria 2004).
Rice Processing complex
(RPC) adalah suatu kawasan sistem pengolahan padi yang terdiri dari sub sistem
pengeringan, sub sistem penyimpanan, sub sistem penggilingan dan sub sistem
pengemasan yang terintegrasi dalam satu lini proses menggunakan mesin modern.
Konsep RPC sebenarnya adalah penyempurnaan dari sistem rice milling yang
dilengkapi dengan sistem pengeringan, penyimpanan dan pengemasan.
Konsep ini sebetulnya dikembangkan
dalam rangka mengontrol seluruh alur proses pengolahan padi dalam suatu sistem
terintegrasi, sehingga mutu produk dapat terjaga keseragamannya serta secara
nyata mengurangi susut bobot. Penggunaan sistem RPC ini secara umum
diproyeksikan untuk dapat meningkatkan daya saing beras yang dihasilkan melalui
mutu dan harga. Hal tersebut dapat dicapai karena RPC dapat memperbaiki
efisiensi pengolahan padi melalui :
a) Perbaikan mutu beras Dengan mengontrol bahan baku
yang masuk dan pengontrolan secara ketat selama proses pengolahan maka akan
dapat diproduksi beras dengan mutu prima. Tentu ini masih tergantung dari
kualitas bahan baku padi yang diolah, 10sehingga penerapan RPC juga harus
diikuti oleh perbaikan sistem budidaya dan pemilihan varietas padi yang baik.
b) Peningkatan rendemen pengolahan Dengan sistem pengolahan menggunakan mesin
modern, maka semua bagian/sub sistem dapat dikontrol dengan baik sehingga dapat
mengurangi susut secara signifikan.
III. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
A.
Tempat
dan Waktu
Pelaksanaan praktikum mengenai sarana produksi dilaksanakan pada
tanggal 20 maret 2013,yang dilalkukan di ruangan laboratorium ekologi
Universitas Sriwijaya Indralaya Sumatera Selatan.
B.
Alat
dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan
dalam praktikum sarana produksi adalah
pensil . bolpoin dan penghapus.
C.
Metode
Praktikum / Cara Kerja
Adapun cara kerja dari praktikum
mengenai sarana produksi adalah sebagai berikut yang pertama adalah kita
mencatat macam-macam yang berhubungan dengan sarana produksi digunakan didalam
pertanian modul praktikum beserta fungsinya masing-masing. Lalu kita menggambar
sarana produksi tersebut beserta bagian bagiannya dengan lengkap dan zat zat
yang digunakan.
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
1.Benih
a.
Berdasarkan posisi tumbuh
Jenis
|
Gambar
|
Keterangan
|
Contoh tanaman
|
|||
Hypogeal
|
|
Kotiledon dari biji tetap berada
ditanah
|
|
|||
Epigela
|
|
Kotiledon pada biji ikut
terangkat ke atas
|
|
b.
Berdasarkan jumlah keping
Jenis
|
Gambar
|
Keterangan
|
Contoh tanaman
|
|||
Monokotil
|
|
Pada benih berkeping satu embrio
terdiri dari kotiledon,endosperm,merupakan bagian yang besar
|
|
|||
Dikotil
|
|
Pada benih berkeping dua, embrio
terdiri dari kotiledon dan epikotil
|
|
c.
Berdasarkan jenisnya
Jenis
|
Pengertian
|
Contoh
|
Orthodoks
|
Benih yang dapat disimpan dalam waktu
yang lama apabila kadar airnya diturunkan
|
1.kedelai
2.anggur
3.padi
4.cabe
5.jagung
6.kacang
panjang
7.kentang
|
Rekalsitran
|
Benih
yang tidak dapat disimpan dalam waktu yang lama walaupun kadar airnya
diturunkan
|
1.karet
2.sawit
3.kopi
4.durian
5.kakao
6.duku
7.manggis
|
2.Pupuk
A
.Berdasarkan Pembutannya
Jenis
|
Pengertian
|
Contoh
|
Organik
|
pupuk yang berasal dari sisa-sisa
tanaman,hewan atau manusia.
|
1.
Pupuk kandang
2. Pupuk
hijau
3. Kompos
|
an Organik
|
Pupuk yang hasil proses rekayasa
secara kimia fisik dan biolgis dan merupakan hasil industri atau pabrik
pembuatan
|
1. KCl
2. TSP
3. NPK
4.Urea
5. MPK,Pusri
|
B
.Berdasarkan Unsur Haranya
Jenis
|
Pengertian
|
Contoh
|
Pupuk Tunggal
|
Pupuk yang hanya mengandung 1
macam unsur hara
|
1.
Z.A
2. TSP
3.
ZK
4. DS
|
Pupuk Majemuk
|
pupuk yang mengandung lebih dari
satu unsur
|
1. DAP
2. NPK
3. NPK
|
C.
berdasarkan bentuknya
Jenis
|
Defenisi
|
Contoh
|
Padat
|
Pupuk yang berbentuk butiran butiran
yang bervariasi yang digunakan untuk atau dengan cara menabur
|
|
Cair
|
Pupuk yang berbentuk cairan yang
digunakan dengan cara menyemprot
|
|
3.ZPT(
Zat Pengatur Tumbuh)
Jenis
|
Fungsi
|
Contoh
|
Auksin
|
1.Merangsang
dominasi apikal
2.merangsang
pembentukan bunga,perkembangan bunga,dan akar adventif
3.menghambat
pertumbuhan tunas samping
4.mengatur
pembesaran sel
5.mencegah
rontoknya daun,bunga,dan buah
|
1. Asam
idoiasetat /IAA
|
Giberelin
|
1.Memacu
pertumbuhan buah tanpa biji
2.menyebabkan
tanaman mengalami pertumbuhan raksasa
3.menyebabkan
tanaman berbunga sebelum waktunya
4.memacu
pertumbuhan kambium pada tanaman dikotil
5.mematahkan
darmansi buah dan biji
|
1.
hormone pertumbuhan
|
Sitokinin
|
1.memacu
pembelahan sel
2.mempercepat
pelebaran daun
3.mempercepat
tumbuhnya akar
4.memacu
pertunasan lateral pada pucuk batang
5.menunda
pengguguran daun,bunga,dan buah
|
1. Kinetin
|
Etilen
|
1.mempercepat
pemasakan buah
2.menyebabkan
penebalan batang
3.memacu
pembungaan
4.mempercepat
pertumbuhan kecambah
5.mempercepat
kematangan buah
|
1.
Etephon
2. Protephon
|
Asam absisat
|
1.membantu
peluruhan daun pada musim kering
2.menghambat
pemanjangan dan pembelahan sel
3.merangsang
penutupan mulut daun pada musim kering
4.menghambat
pertubuhan tumbuhan
5.membantu
tumbuhan mengatasi dan bertahan pada masa dormansi
|
1.
Paclobutrazol
2. Ancymidol
3.
TIBA dan CCC
|
- Pestisida
Pestisida
|
Bentuk
|
Sasaran
|
Cara aplikasi
|
Rodentisida
|
Serbuk
|
Tikus
|
Semprot
|
Insektisida
|
Cair
|
Serangga
|
Semprot
|
Herbisida
|
Cair
|
Gulma/rumput
|
Semprot
|
Nematisida
|
Butiran/Cair
|
Hama cacing
|
Diletakkan dekat tanaman
|
Fungisida
|
Cair
|
Jamur
|
Semprot
|
Moluskusida
|
Cair
|
Siput
|
Semprot
|
Larvasida
|
Cair
|
Larva
|
Semprot
|
Mitisida
|
Cair
|
Rayap
|
Semprot
|
Akarisida
|
Emulsi/padatan
|
Tungau
|
Semprot
|
Bakterisida
|
Cair
|
Bakteri
|
Semprot
|
5. Alat dan Mesin Pertanian
A. Tradisional
Nama
|
Fungsi
|
Gambar
|
|||
Cangkul
|
Mengolah dan menggali tanah
|
|
|||
Parang
|
Memotong gulma
|
|
|||
Sabit
|
Untuk memanen padi
|
|
|||
Bajak
|
Untuk mengolah tanah
|
|
|||
Garu
|
Untuk meratakan,mengangkat padi
|
|
B . mesin pertanian
Nama
|
Fungsi
|
Gambar
|
|||
Traktor
|
Untuk
mengolah tanah
|
|
|||
Mesin pemanen
|
Untuk memanen yang berbentuk biji
bijian
|
|
|||
Mesin perontok
|
Untuk merontokkan padi
|
|
|||
Mesin penyemprot
|
Untuk menyemprot hama dan juga
vitamin tanaman
|
|
|||
Hand traktor
|
Untuk mengolah tanah
|
|
- PEMBAHASAN
Usaha – usaha produksi di lapangan bertujuan memberikan
kondisi yang paling optimum untuk pertumbuhan tanaman sehingga tanaman
memberikan hasil yang maksimum. Usaha pengelolaan tanah merupakan kegiatan
untuk memberikan daerah perakaran mempunyai derasi dan drainase yang baik dan
yang memungkinkan untuk tanaman tumbuh normal. Untuk pengelolaan tanah
diperlukan peralatan yang memadai. Pada umumnya pengelolaan dilakukan dengan
cangkul dan bajak. Untuk bajak diperlukan peralatan bajak dan garu. Pola
pertanian yang agak maju, menggunakan jasa ternak untuk membantu usaha
pengelolaan tanah. Pada pertanian modern pengelolaan tanah dilakukan dengan
traktor yang dilengkapi berbagai tipe bajak dan garu. Selain alat pengelolaan
tanah juga diperlukan alat tanam dari yang sederhana sampai kepada yang lebih
modern (dengan traktor ). Disamping peralatan untuk mengolah tanah dan tanam
juga diperlukan alat-alat pemupukan, alat penyemprotan untuk bahan kimia dan
alat panen.
Selain benda yang diperlukan didalam agronomi juga jasa berupa teknologi
prapanen dan teknologi pascapanen. Teknologi prapanen berupa teknologi budidaya
dilapangan untuk mencapai produksi maksimum. Teknologi pascapanen adalah
teknologi untuk meningkatka nilai tambah hasil panen dan mengurangi kehilangan
sesudah panen serta bahan tersebut dapat tahan lama disimpan. Dengan teknologi
ini dapat memperluas pemasaran hasil pertanian sebagai salah satu sektor
perekonomian adalah penerapan akal dan karya manusia melalui pengendalian proses
produksi biologis tumbuhan dan hewan, sehingga tumbuhan dan hewan tersebut
lebih bermanfaat. Sarana produksi merupakan salah satu bahan yang sangat
menentukan didalam budidaya tanaman, pada suatu wilayah tertentu sarana yang
ada hubungannya langsung dengan pertumbuhan tanaman di lapangan adalah benih
atau bibit, pupuk, bahan kimia pengendali musuh tanaman atau perangsang tumbuh
tanaman dan alat-alat pertanian. Usaha – usaha produksi dilapangan bertujuan
memberikan kondisi yang paling optimum. Pada dekade terakhir ini segala upaya
telah dicoba supaya semua tanaman pertanian memberikan hasil maksimum. Ini
terlihat dari beragamnya sarana penunjang pertanian baik berupa pupuk,
pengelolaan tanah, pemberantas penyakit dan zat-zat perangsang. Sarana produksi
terdiri dari bahan yang meliputi benih, pupuk, pestisida, ZPT dan obat-obatan
yang digunakan untuk melaksanakanproses produksi peranian. Benih adalah biji
yang digunakan untuk perbanyakan tanaman untuk tujuan penanaman.
Pupuk adalah bahan
yang mengandung unsur hara yang diperlukan tanaman untuk pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Pengatur zat tumbuh adalah senyawa kimia yang yang bisa
digunakan untuk merangsang pembungaan dan pembuahan, merangsang pertumbuhan
vegetatif, mematikan cabang yang tidak dikehendaki. Pestisida adalah alat kimia
yang beracun untuk pengendalian musuh-musuh tanaman. Berdasarkan kegunaannya
pestisida dapat dibagi kedalam beberapa jenis yaitu : insektisida, herbisida,
akarisida, rodentisida, fungisida, bakterisida, dan nematisida. Inokulan adalah
bakteri yang dinokulasi atau kembangbiakan ketanaman baru. Inokulan terjadi
pada kebanyakan budidaya tanaman leguminosa yang memerlukan inokulasi bakteri
rhizobium. Mekanisme kerjasama antara bakteri rhizobium dan tanaman legum dalam
bentuk simbiosis mutualisme, yaitu simbiosis saling menguntungkan dimana
bakteri menjadi unsur C dari tanaman sebagai sumber energi bakteri dan tanaman
mendapatkan N dari bakteri karena bakteri mampu memfikasi N2 dari
udara. Inokulan rhizobium digunakan untuk penanaman leguminosa ditanah untuk
pertama kalinya. Alat-alat pertanian adalah alat-alat yang digunakan pada saat
melakukan bercocok tanam dan menghasilkan produksi tanaman agar menghasilkan
panen yang berkualitas.
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Sarana
produksi pertanian terdiri atas bahan yang meliputi benih, pupuk, pestisida,
zat pengatur tumbuh dan lain-lain
2. Bahwasannya
sangat dibutuhkan sarana produksi untuk meningkatkan hasil produksi se-optimal
mungkin.
3. Benih
merupakan komponen agronomi, dan komponenen penting di dalam pengelolaan lapang
produksi sebagai komponen agronomi.
4. Penggunaan
pestisida dalam pertanian telah menunjukan kemampuannya didalam menanggulangi atau mengurangi
merosotnya hasil akibat serangan hama
dan penyakit.
5. Penggunaan
zat pengatur tumbuh dapat menghemat biaya produksi karena digunakan dalam
taksiran (dosis) rendah.
B. Saran
Agar lebih teliti dalam menggunakan
sarana produksi yang ada dengan menggunakan dosis tertentu sesuai dengan
keadaan tanah dan tumbuhannya agar memperoleh hasil produksi yang tinggi dan
bagus.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.Sarana
Produksi . http://www.wikipedia.org/
(diakses tanggal 20 Maret 2013)
Anonim. Jenis-Jenis
Pupuk. http://razzakoke.blog.com/?.(diakses pada 20
maret 2013)
Harjadi, Sri Setyati. 2002. Pengantar
Agronomi. PT. Gramedia Pustaka
Utama : Jakarta.
Karta
Saepotra, G. Ance. 1986. Teknologi Benih. Jakarta : Rineka Cipta
Haryanto, Eko, Tina
Suhartini, Estu Rahayu. 2005.
Budi Daya Kacang
Panjang. Penebar Swadaya
: Jakarta.
Marsono, Paulus Sigit. 2001. Pupuk Akar, Jenis dan
Aplikasi. Penebar Swadaya :
Jakarta.
Sutejo, Mul
Mulyani. 1988. Pupuk dan Cara Pemupukan. PT. Bina Aksara : Jakarta.
Sjamsoe.
M.Mui. 1995. Dari Benih kepada Benih. Jakarta : PT. Gramedia
Tjitrosoepomo, Gembong. 2005. Morfologi
Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. Jogjakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar