TUGAS DASAR DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN
BIOLOGI,KLASIFIKASI DAN
PENGENDALIAN HAMA
Oleh:
DOMINGGOS MARTHURIA MANALU
05111001066
PROGRAM
STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2013
BABI
HUTAN
1.
Klasifikasi
Babi hutan merupakan salah satu hama mammalia yang penting di perkebunan kelapa sawit. Serangan hama babi terjadi pada bibitan dan sawit yang baru di tanam. Kerusakan yang ditimbulkannya pada kelapa sawit hanya merupakan efek sekunder dari kehadirannya pada kebun sawit.
Klasifikasi babi
hutan :
Kerajaan
: animalia
Filum
: chordate
Kelas
mamalia
Ordo
: artiodacityla
Genus
: sus
Spesies
: sus barbatus
2.
Biologi babi
hutan
Babi adalah sejenis hewan ungulata yang
bermoncong panjang dan berhidung lemper dan merupakan hewan yang aslinya
berasal dari Eurasia.
Kadang juga dirujuk sebagai khinzir[1] (bahasa
Arab).
Babi adalah omnivora,
yang berarti mereka mengonsumsi baik daging maupun tumbuh-tumbuhan. Selain itu,
babi adalah salah satu mamalia yang
paling cerdas,
dan dilaporkan lebih pintar dan mudah dipelihara dibandingkan dengananjing dan kucing.
Babi hutan digolongkan sebagai hama karena
merusak tanaman perkebunan dan pertanian. Biasanya, hama ini memakan
tanaman yang muda atau membuat lubang besar di batang pohon utama sehingga
pohon lama-kelamaan akan mati.
Jenis - jenis babi hutan :
- Sus
scrofa vittatus.
Ciri - cirinya adalah mempunyai garis
putih di moncongnya, anak-anaknya berwarna coklat bergaris-garis terang
2. Sus barbatus atau babi janggut,
tetapi jarang dijumpai .
S. barbatus berwarna agak muda,
kepalanya lebih panjang dan berambut panjang tegak di sekeliling
kepalanya.
3.
Sus verrucosus
Merupakan jenis babi hutan yang
berukuran lebih besar dan mempunyai taring panjang di kepalanya dan badannya
tidak berbelang.
Babi hutan jantan dewasa biasanya
mencari makan sendiri (soliter), sedangkan yang betina hidup bersama dengan anak-anaknya
dalam kelompok 4-50 ekor. Seekor babi hutan betina dapat beranak sampai 12 ekor
dengan masa bunting 110 hari. Induk babi tersebut dapat beranak lagi setelah
7-8 bulan setelah masa beranak sebelumnya.
3.
cara
pengendalian
Pengendalian
babi hutan dapat dilakukan dengan :
1.
Kandang keliling
Yaitu dengan memagar areal kebun sawit
dengan menggunakan kayu atau bambu setinggi 1-1,5 meter. Bahan dapat diperoleh
dari sisa tanaman yang masih terdapat di areal dari sisa pembukaan lahan.
2.
Kandan individu
Bedanya dengna kandang keliling adalah
pada kandang individu yang di kandang adalah setiap batang memiliki kandang
masing-masing. Kandang dapat di buat dari kayu dan bambu.
3. Kandang individu seng
cara ini adalah cara yang paling efektif
karena selain mengendalikan hama babi cara ini juga sekaligus untuk
mengendalikan serangan tikus dan landak. caranya adalah dengan memasang seng
setinggi 30 cm di sekeliling batang yang baru di tanam.
4.. Jerat
Babi-babi hutan dewasa, kecil
kemungkinan untuk terjerat karena biasanya lebih berhati-hati. Peluang besar
yang tertangkap yaitu anak babi hutan serta babi hutan baik jantan atau betina
yang masih muda.
Kapan
waktu yang tepat untuk pemasangan jerat?
Pemasangan
jerat harus lebih giat dilakukan pada saat anak babi hutan sudah berhenti
menyusu. Kelahiran anak babi terbesar terjadi sekitar bulan
Januari-Februari, sehingga diperkirakan anak babi hutan akan berhenti menyusu
sekitar bulan Juli.
Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam pemasangan jerat yaitu:
- Jerat
bisa dipasang sepanjang tahun, tetapi pemasangan jerat lebih digiatkan pada
bulan Juli.
- Jumlah
jerat yang dipasang untuk 1 ha sebanyak 2-5 buah dan apabila dipasang pada
jalan-jalan babi, setiap 500 m dipasang 1 jerat.
- Di
sekitar lokasi pemasangan jerat dipasang tanda bahaya
- Untuk
menghilangkan bau manusia, jerat dilumuri dengan lumpur
- Jerat
yang lokasinya dekat diperiksa setiap hari dan apabila lokasi pemasangan jauh
diperiksa setiap 2 (dua) hari sekali.
5. Perangkap
Perangkap
bermanfaat untuk menangkap babi hutan betina beserta anak-anaknya.
Kapan
waktu yang tepat untuk pemasangan perangkap?
Pemasangan
perangkap sebaiknya dilakukan pada bulan Januari - Februari (masa melahirkan),
Maret – Juni (masa menyusui), dan November – Desember (masa bunting).
6. Berburu
Perburuan bisa dilaksanakan 1 (satu)
kali sebulan, yaitu pada bulan yang diperkirakan dapat membunuh sebanyak
mungkin babi hutan betina yang sedang bunting atau sedang menyusui, dan babi
hutan muda.
Bagaimana
memilih lokasi untuk berburu?
Lokasi dapat dipastikan sehari atau 2
(dua) hari sebelum berburu. Gunakan tanda-tanda adanya kegiatan babi hutan
misalnya congkelan tanah, jejak, kotoran babi hutan serta sisa-sisa tanaman
yang rusak sebagai petunjuk bahwa di sekitar daerah tersebut kemungkinan besar
sebagai tempat tinggal babi hutan dan sesuai untuk berburu.
7. Pemakaian
lapun
Lapun
adalah sejenis jaring yang terbuat dari kawat baja, yang dapat digunakan untuk
menangkap babi hutan secara hidup-hidup, pada waktu berburu.
8. Meracun
Penggunaan
racun disarankan merupakan pilihan terakhir, mengingat efek samping yang
ditimbulkan oleh racun yang digunakan.
Dimana
lokasi yang tepat dalam pemasangan umpan?
Umpan
dipasang pada jalan – jalan yang sering dilalui babi hutan, di daerah pinggiran
hutan, di pinggir areal yang ditanami dan pada daerah yang termasuk jelajahan
babi tetapi sulit dimasuki oleh kelompok berburu.
9. Lubang
parit
Pembuatan
lubang parit mengelilingi kebun dengan kedalaman ± 1 m dan lebar ± 1 m.
Pengendalian
babi hutan akan berhasil apabila dilaksanakan secara terpadu, yaitu dengan
menggabungkan semua teknik pengendalian yang dianjurkan dengan memperhatikan
keseimbangan alam serta lingkungan sekitar.
Tirathaba sp.
1.
klasifikasi
Tirathaba sp. merupakan serangga hama yang menyerang
tanaman kelapa, juga menyerang tanaman kelapa sawit. Klasifikasi
2.
BIOLOGI
Tirathaba sp. merupakan
serangga hama yang menyerang tanaman kelapa, juga menyerang tanaman kelapa
sawit. Serangan hama Tirathaba sp. pada tanaman kelapa sawit
telah banyak dilaporkan, namun serangan hama ini pada tanaman kelapa tidak
banyak dilaporkan. Tirathaba sp. biasanya dijumpai di
suatu areal tanaman kelapa pada saat tanaman sudah mulai berbuah. Pembentukan
buah yang terjadi secara terus-menerus merupakan salah satu faktor pendorong
perkembangan populasi hama ini. Pada areal kelapa sawit hama ini menyerang
tandan buah dengan fruitset rendah atau terlewat di panen,
pada tanaman kelapa hama ini menyerang buah kelapa yang masih muda dan
mempunyai ukuran yang masih kecil. Tanaman kelapa yang terserang hama ini
adalah tanaman kelapa yang masih aktif berproduksi, baik yang berumur muda
ataupun telah tua.
Serangga Tirathaba sp.
berupa ngengat, yang pada saat istirahat, sayap ngengat tersebut berbentuk
segitiga dan mempunyai bercak hijau pada pangkal sayap. Ukuran tubuh dan sayap
serangga betina lebih panjang daripada ngengat jantan (Kalshoven, 1981 dan
Barlow, 1982). Rentangan sayapnya berkisar antara 20-25 mm.Ngengat
tersebut merupakan serangga nokturnal karena aktif melakukan kegiatan pada sore
menjelang malam hari. Serangga betina Tirathaba sp. meletakkan
telurnya pada buah kelapa yang masih muda berukuran kecil. Telur diletakkan
secara terpisah. Telur akan menetas dalam waktu 4-5 hari, setelah menetas larva
akan menggerek masuk ke dalam buah kelapa yang masih muda tersebut.
Larva biasanya ditemukan
pada buah kelapa yang masih muda berukuran kecil. Larva terdiri dari lima
instar dan seluruh stadia larvanya tinggal dan menetap dalam buah kelapa. Pada
larvaTirathaba sp. instar pertama berwarna putih kotor sampai
coklat muda, dan warna tubuh akan semakin gelap (coklat tua sampai hitam) bila
larva tersebut telah mencapai instar terakhir. Stadia larva instar terakhir
mempunyai panjang tubuh mencapai 2-3 cm, namun terdapat spesies Tirathaba sp.
yang lain mempunyai panjang tubuh mencapai 4 cm, dan ditumbuhi dengan
rambut-rambut yang jarang. Stadia larva berlangsung selama 16-21 hari atau
antara 2-3 minggu. Menjelang berkepompong, larva tersebut akan membentuk
kokon dari sisa gerekan dan kotorannya yang direkat dengan benang liur.
Serangan yang terjadi pada buah muda dapat mengakibatkan buah muda gugur.
Pada saat akan berganti
kulit, larva meninggalkan eksuvia yang terbungkus dalam kotoran larva yang
dirangkai dengan benang-benang sutera. Larva instar satu biasanya terdapat
diantara celah kelopak buah kelapa yang masih muda. Larva instar dua hingga
instar empat memakan, merusak buah kelapa dengan cara menggereknya, membuat
liang dan tinggal didalam buah tersebut. Larva instar dua, tiga, dan empat
gerakannya sangat lincah, sementara larva instar lima gerakannya tidak lincah
dan mulai mengeluarkan serat sutera untuk membungkus tubuhnya pada saat berubah
menjadi pupa. Pada kondisi dilapang, saat hama ini akan berubah menjadi pupa,
maka larva tersebut akan keluar dari buah.
Pupa berwarna coklat
gelap dan stadia pupa berlangsung sekitar 5-10 hari atau sekitar 1,5 minggu.
Sedangkan stadia imago berlangsung selama 9-12 hari sehingga total siklus
hidupnya adalah lebih kurang 1 bulan. Imago betina akan meletakkan telur
pada hari kedua selama 2-3 hari berturut-turut pada malam hari. Telur
diletakkan secara terpisah atau satu persatu. Stadia yang paling banyak
menyebabkan kerusakan pada tanaman kelapa adalah stadia larva.
Kerugian yang
diakibatkan oleh hama penggerek buah ini yaitu buah yang baru terbentuk dan
terserang hama akan mengalami kerontokan. Buah muda biasanya digerek dibagian
ujung bawah buah. Untuk mengetahui tingkat serangan atau populasi hama
penggerek buah ini yaitu dengan melakukan monitoring populasi dengan mengamati
jumlah dan intensitas serangan pada buah muda tanaman kelapa, yang dilakukan
setiap sebulan sekali. Pengamatan pada pohon yang tinggi, dianjurkan
menggunakan teropong. Upaya prefentif dapat dilakukan dengan cara segera
memotong tandan buah yang terserang hama, sehingga menekan populasi hama dan
tidak memicu serangan pada buah sehat yang lain.
- Pengendalian
Larva dapat
dikendalikan dengan nematoda entomopatogen, seperti Steinernema sp.
untuk skala laboratorium, sedangkan untuk skala lapang masih perlu
dilakukan uji coba. Pengendalian dengan memanfaatkan musuh alami seperti
lalat Tachinidae (Argyroplax basifulva), Venturia sp.(Ichneumonidae), Apentelestirathabae (Braconidae)dan Telenemustirathabae (Scelionidae).
Pengendalian dapat juga dengan menggunakan jamur entomopatogen seperti jamur B.
bassiana dan Metarhizium anisopliae.
Kumbang tanduk
1.
Klasifikasi
Kingdom
: Animalia
Phylum
: Arthropoda
Class
: Insecta
Ordo
: Coleoptera
Family
: Scarabaeidae
Genus
: Oryctes
Species
: Oryctes rhinoceros L.
2.
Biologi
Oryctes rhinoceros atau yang
dikenal sebagai kumbang kelapa telah menyerang perkebunan kelapa. Kumbang tanduk (Coleoptera: Scarabaeidae)
merupakan hama yang utama menyerang tanaman kelapa sawit di Indonesia,
khususnya di areal peremajaan kelapa sawit. O. rhinoceros menggerek pucuk
kelapa sawit yang mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan dan rusaknya titik
tumbuh sehingga mematikan tanaman (Susanto dan Utomo, 2005)
Kumbang ini berukuran 40-50 mm, berwarna coklat
kehitaman, pada bagian kepala terdapat tanduk kecil. Pada ujung perut yang
betina terdapat bulu-bulu halus, sedang pada yang jantan tidak berbulu. Kumbang
menggerek pupus yang belum terbuka mulai dari pangkal pelepah, terutama pada
tanaman muda diareal peremajaan (Purba. 2005).
Kumbang
dewasa terbang ke tajuk kelapa pada malam hari dan mulai bergerak ke bagian
salah satu ketiak pelepah daun paling atas. Kumbang merusak pelepah daun yang
belum terbuka dan dapat menyebabkan pelepah patah. Kerusakan pada tanaman baru
terlihat jelas setelah daun membuka 1-2 bulan kemudian berupa guntingan
segitiga seperti huruf ”V”. Gejala ini merupakan ciri khas kumbang O.
rhinoceros (Purba, dkk. 2008). Serangan hama O. rhinoceros dapat menurunkan
produksi tandan buah segar pada panen tahun pertama hingga 60 % dan menimbulkan
kematian tanaman muda hingga 25 % (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2009)
Oryctes
Rhinoceros menyerang tanaman kelapa yang masih muda maupun yang sudah dewasa.
Satu serangan kemungkinan bertambah serangan berikutnya. Tanaman tertentu lebih
sering diserang. Tanaman yang sama dapat diserang oleh satu atau lebih kumbang
sedangkan tanaman di dekatnya mungkin tidak diserang.. Kumbang dewasa terbang
ke ucuk pada malam hari, dan mulai bergerak ke bagian dalam melalui salah satu
ketiak pelepah bagian atas pucuk. Biasanya ketiak pelepah ketiga, keempat,
kelima dari pucuk merupakan tempat masuk yang paling disukai. Setelah kumbang
menggerek kedalam batang tanaman, kumbang akan memakan pelepah daun mudah yang
sedang berkembang. Karena kumbang memakan daun yang masih terlipat, maka bekas
gigitan akan menyebabkan daun seakan-akan tergunting yang baru jelas terlihat
setelah daun membuka. Bentuk guntingan ini merupakan ciri khas serangan kumbang
kelapa Oryctes (Anonim, 1989)
Berikut ini fase – fase perkembangan mulai dari telur sampai fase dewasa pada kumbang tanduk :
Telur
Mo (1957) dan Anonim (1989), mengemukakan bahwa telur serangga ini berarna putih, bentuknya mula-mula oval, kemudian bulat dengan diameter kurang lebih 3 mm. Telur-telur ini diletakkan oleh serangga betina pada tempat yang baik dan aman (misalnya dalam pohon kelapa yang melapuk), setelah 2 minggu telur-telur ini menetas. Rata-rata fekunditas seekor serangga betina berkisar antara 49-61 butir telur, sedangkan di Australia berkisar 51 butir telur, bahkan dapat mencapai 70 butir (Bedford, 1980).
Mo (1957) dan Anonim (1989), mengemukakan bahwa telur serangga ini berarna putih, bentuknya mula-mula oval, kemudian bulat dengan diameter kurang lebih 3 mm. Telur-telur ini diletakkan oleh serangga betina pada tempat yang baik dan aman (misalnya dalam pohon kelapa yang melapuk), setelah 2 minggu telur-telur ini menetas. Rata-rata fekunditas seekor serangga betina berkisar antara 49-61 butir telur, sedangkan di Australia berkisar 51 butir telur, bahkan dapat mencapai 70 butir (Bedford, 1980).
Larva
Larva yang baru menetas berwarna putih dan setelah dewasa berwarna putih kekuningan, warna bagian ekornya agak gelap dengan panjang 7-10 cm. Larva deasa berukuran panjang 12 mm dengan kepala berwarna merah kecoklatan. Tubuh bagian belakang lebih besar dari bagian depan. Pada permukaan tubuh larva terdapat bulu-bulu pendek dan pada bagian ekor bulu-bulu tersebut tumbuh lebih rapat. Stadium larva 4-5 bulan ( Suhadirman, 1996).
Larva yang baru menetas berwarna putih dan setelah dewasa berwarna putih kekuningan, warna bagian ekornya agak gelap dengan panjang 7-10 cm. Larva deasa berukuran panjang 12 mm dengan kepala berwarna merah kecoklatan. Tubuh bagian belakang lebih besar dari bagian depan. Pada permukaan tubuh larva terdapat bulu-bulu pendek dan pada bagian ekor bulu-bulu tersebut tumbuh lebih rapat. Stadium larva 4-5 bulan ( Suhadirman, 1996).
Pupa
Ukuran pupa lebih kecil dari larvanya, kerdil, bertanduk dan berwarna merah kecoklatan dengan panjang 5-8 cm yang terbungkus kokon dari tanah yang berwarna kuning. Stadia ini terdiri atas 2 fase: Fase I : selama 1 bulan, merupakan perubahan bentuk dari larva ke pupa. Fase II : Lamanya 3 minggu, merupakan perubahan bentuk dari pupa menjadi imago, dan masih berdiam dalam kokon (Suhadirman, 1996).
Ukuran pupa lebih kecil dari larvanya, kerdil, bertanduk dan berwarna merah kecoklatan dengan panjang 5-8 cm yang terbungkus kokon dari tanah yang berwarna kuning. Stadia ini terdiri atas 2 fase: Fase I : selama 1 bulan, merupakan perubahan bentuk dari larva ke pupa. Fase II : Lamanya 3 minggu, merupakan perubahan bentuk dari pupa menjadi imago, dan masih berdiam dalam kokon (Suhadirman, 1996).
Imago
Kumbang ini berwarna gelap sampai hitam, sebesar biji durian, cembung pada bagian punggung dan bersisi lurus, pada bagian kepala terdapat satu tanduk dan tedapat cekungan dangkal pada permukaan punggung ruas dibelakang kepala (Anonim, 1980).
Kumbang ini berwarna gelap sampai hitam, sebesar biji durian, cembung pada bagian punggung dan bersisi lurus, pada bagian kepala terdapat satu tanduk dan tedapat cekungan dangkal pada permukaan punggung ruas dibelakang kepala (Anonim, 1980).
Kumbang dewasa
meninggalkan kokon pada malam hari dan terbang ke atas pohon kelapa, kemudian
menyusup kedalam pucuk dan membuat lubang hingga menembus pangkal pelepah daun
muda sampai di tengah pucuk dan tinggal pada lubang ini selama 5-10 hari. Bila
sore hari, kumbang dewasa mencari pasangan dan kemudian kawin (Suhadirman,
1996). Kumbang ini berwarna gelap sampai hitam, sebesar biji durian,
cembung pada bagian punggung dan bersisi lurus, pada bagian kepala terdapat
satu tanduk dan tedapat cekungan dangkal pada permukaan punggung ruas
dibelakang kepala (Anonim, 1980).
Ekologi
Semua makhluk hidup dalam proses pertumbuhan dan oerkembangannya dipengaruhi oleh sebagai faktor, baik faktor luar maupun dari dalam: Iklim, musuh alami, makanan dan kegiatan manusia merupakan faktor luar yang memberikan pengaruh terhadap kehidupan serangga hama . Lingkungan yang cocok bagi suatu serangga untuk hidup dan berkembang biak meliputi beberapa komponen antara lain makanan, iklim, organisme dari spesies yang sama maupun yang berbeda tempat dimana ia hidup ( Untung, 1993).
Semua makhluk hidup dalam proses pertumbuhan dan oerkembangannya dipengaruhi oleh sebagai faktor, baik faktor luar maupun dari dalam: Iklim, musuh alami, makanan dan kegiatan manusia merupakan faktor luar yang memberikan pengaruh terhadap kehidupan serangga hama . Lingkungan yang cocok bagi suatu serangga untuk hidup dan berkembang biak meliputi beberapa komponen antara lain makanan, iklim, organisme dari spesies yang sama maupun yang berbeda tempat dimana ia hidup ( Untung, 1993).
3.
Pengendalian
Pengendalian
yang bisa dilakukan yaitu:
1. Sanitasi
Membersihkan tempat perkembangbiakan larva O. rhinocerosseperti
tanaman mati membusuk, tunggul kelapa dipotong-potong kemudian dibakar agar
tidak menjadi sarang O. rhinoceros
2. Mekanis
Mengumpulkan larva/pupa kemudian dimusnahkan dan menebang
serta memusnahkan pohon yang telah mati.
3. Kultur Teknis
Batang yang tidak dimanfaatkan ditutup dengan tanaman
penutup tanah seperti Centrosema pubescens atau Pueraria phaseoloides.
4. Biologi
Menggunakan jamur antagonis Metarhizium anisopliae.
Jamur ini tidak hanya efektif untuk mengendalikan larva namun juga dapat
menginfeksi kumbang. Jamur diaplikasikan pada sarang aktif dengan dosis 20
g/m². Jamur juga dapat diaplikasikan pada perangkap yang dibuat dari batang
kelapa yang ditaburi serbuk gergaji dan biakan M. anisopliae. Pada
perangkap dengan ukuran 1x1x0,5 m³ ditambahkan serbuk gergaji setinggi 8 cm
kemudian ditaburi 25 g M. anisopliae dan diaduk
kemudian ditambahkan serbuk gergaji sampai tinggi 0,5 m dan 25 g M. anisopliaekemudian
dicampur merata. Serbuk gergaji dalam perangkap perlu diganti setiap 3 bulan.
Selain itu juga bisa menggunakan Baculovirus
oryctes. Baculovirus oryctes yang berada dan menyebar di alam telah
mengurangi kerusakan yang ditimbulkan oleh O. rhinocerosmelalui
pembatasan populasi kumbang.
5. Penggunaan
Feromon
Feromon merupakan bahan yang mengantarkan serangga pada
pasangan seksualnya, mangsanya, tanaman inang dan tempat berkembangbiaknya.
Komponen utama feromon sintetis O. rhinoceros adalah etil-4
metil oktanoat.Feromon sintetik dipasang di dalam tutup ember yang telah
dilubangi dan dipasang terbalik. Pada dasar ember dimasukkan serbuk gergaji.
Pada pertanaman kelapa, 2 (dua) feromon digunakan untuk 1 (satu) ha. Penggunaan
feromon akan optimal apabila dipadukan dengan komponen pengendalian lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar